Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Mineral-Mineral Pembentuk Batuan

Setelah kemarin saya sudah memposting sifat-sifat fisik mineral beserta contoh deskripsinya, sekarang saya akan memposting mengenai  rock forming minerals atau mineral-mineral pembentuk batuan.  "Kenapa rock forming minerals ?" ya karena dari sekian banyak mineral di alam (kurang lebih 4000 jenis mineral) hanya beberapa saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut disebut mineral pembentuk batuan atau rock forming minerals yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel bumi. Untuk dianggap sebagai mineral pembentuk batuan yang umum, mineral harus: Menjadi salah satu mineral yang paling melimpah di kerak bumi. Menjadi salah satu mineral asli yang hadir pada saat pembentukan kerak bumi. Menjadi mineral penting dalam menentukan klasifikasi batu. Mineral yang mudah memenuhi kriteria ini meliputi: plagioklas feldspar, alkali feldspars, kuarsa, piroksen, amfibol, mika, clay, olivin, kalsit, dan dolomit. Sekarang saya akan baha

Sifat-Sifat Fisik Mineral

    Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur (Berry dan Mason). Sifat-Sifat Fisik Mineral     Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat fisik mineral antara yang satu dengan mineral lainnya. Sifat-sifat fisik tersebut yaitu: Warna Kilap ( Luster ) Kekerasan ( Hardness ) Cerat/gores ( Streak ) Belahan ( Cleavage ) Pecahan ( Fracture ) Struktur/bentuk kristal Berat jenis Sifat dalam ( Tenacity ) Kemagnetan Derajat Ketransparan Sekarang akan kita bahas satu persatu mengenai sifat-sifat fisik mineral tersebut. ⏬⏬ 1. Kilap ( Luster )      Kesan mineral akibat pemantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi dua yaitu kilap logam dan kilap non-logam. Kilap logam adalah kilap mineral yang kilapnya mirip dengan kilap yang dimiliki oleh logam dan umumnya kilap ini dijumpai p

Kristalografi

PENGERTIAN KRISTAL     Bahan padat yang secar kimia homogen dengan bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom yang teratur, dibatasi oleh bidang banyak (polyhedron), jumlah dan kedudukan dari bidang-bidang kristalnya tertentu dan teratur. Setiap mineral/zat mempunyai bentuk tertentu. SISTEM KRISTAL Pembagian utama dalam klasifikasi kristal-kristal menurut bentuknya:  Kubik  Tetragonal Hexagonal Trigonal Ortorombik  Monoklinik  Triklinik  Dasar penggolongannya sebagai berikut: Jumlah sumbu kristal. Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain atau sudut yang dibentuk oleh sumbu. Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu. Sumbu kristal → Garis bayangan, lurus, yang menembus kristal (bidang-bidang muka kristal) dan melalui pusat kristal. 7 SISTEM KRISTAL Kubik : Ketiga sumbu kristal dari sistem ini sama panjang dan semuanya saling tegak lurus. System Isometrik/kubik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = c, yang ar

Hukum-Hukum Geologi

   Untuk memahami ilmu geologi, sebelumnya kita harus mengetahui hukum-hukum geologi karena sangatlah penting dan juga dasar untuk mempelajari ilmu geologi.  Mengapa mempelajari hukum geologi?? ya sebagai geologist kita dituntut untuk belajar menginterpretasikan apa yang didapatkan ketika kita melakukan pemetaan geologi, tentunya tidak sembarang interpretasi. Ada aturan dan hal-hal dasar dalam hukum geologi yang perlu kita pahami dalam pemetaan geologi (batas satuan batuan, umur dan lingkungan pengendapan, sejarah pembentukan, hubungan stratigrafi, dll). Jika kita tidak mengetahui apa saja yang ada didalam hukum geologi maka kita akan susah untuk melakukan pemetaan geologi bahkan tidak bisa.  Disini saya akan sedikit mengulas mengenai hukum geologi dan semoga bermanfaat. Hukum-Hukum Geologi Horizontalitas ( Horizontality ) (Nicholas Steno, 1669): Pada dasarnya kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan dalam kondisi normal adalah mendekati horisontal, kecuali pada tepi

Analisis Kestabilan Lereng dan Metodenya

Analisis Kestabilan Lereng    Analisis kestabilan lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis batas ( limit plastic equilibrium ), (Wesley, 1977). Adapun maksud analisis kestabilan lereng adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam analisis kestabilan lereng beberapa anggapan telah dibuat, yaitu: Kelongsoran lereng terjadi disepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat dianggap sebagai masalah bidang 2 dimensi. Massa tanah yang longsor dianggap berupa benda yang masif. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain kuat geser tanah dianggap isotropis. Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang bidang longsor yang potensial dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran.    Dalam bidang keteknikan ada 3 macam lereng yang perlu diperhatikan yaitu: Lereng alam yaitu leren

Klasifikasi Gerakan Massa

   Varnes (1978) mengklasifikasikan gerakan massa berdasarkan mekanisme gerakan dan material yang berpindah. Gerakan tanah berdasarkan mekanisme gerakannya dibedakan menjadi jatuhan ( fall ), jungkiran ( topless ), longsoran ( slide ), gerak bentang lateral ( lateral spread ), aliran ( flow ) dan gerakan majemuk ( complex movement ). Gerakan tanah berdasarkan material yang berpindah dibedakan menjadi batuan ( rock ), rombakan ( debris ) dan tanah ( earth ). Jatuhan ( Fall )    Gerakan tanah tipe jatuhan memiliki ciri  yaitu sedikit atau tanpa disertai terjadinya pergeseran antara massa yang runtuh dengan massa yang tidak runtuh. Runtuhnya massa batuan umumnya dengan cara jatuh bebas, meloncat atau menggelinding tanpa melalui bidang gelincir. Runtuhan tanah dapat terjadi bila material yang ada dibawah lebih lemah (karena tererosi, penggalian) dari pada lapisan diatasnya. Runtuhan batuan dapat terjadi karena adanya perbedaan pelapukan, tekanan hidrostatis karena masuknya air

Sifat Batuan Terhadap Airtanah

     Berdasarkan kondisi fisik batuan dalam kaitanya dengan kemampuan batuan untuk menyimpan airtanah, maka terdapat beberapa istilah sebagai berikut (Santosa dan Adji, 2004) ( Gambar 1 ): Akuifer ( Aquifer ) adalah lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis, contoh: pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.  Akiklud ( Aquiclude ) adalah lapisan yang mampu menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti misalnya lempung, serpih, tuf halus, lanau. Akifug ( Aquifuge ) adalah lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air misalnya batuan kristalin, metamorf kompak.  Akitar ( Aquitard ) adalah lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam jumlah yang terbatas, misalnya lempung pasiran ( sandy clay ). Gambar 1 . Berbagai macam sistem akuifer dan airtanah (Santoso dan Adji, 2004).      Akuifer adalah suatu tubuh batuan, tanah, atau regolith yang berfungsi sebagai reservoir yang

Siklus Hidrologi

     Keberadaan air di bumi mengalami proses alam yang berlanjut dan berputar sehingga membentuk suatu siklus atau daur ulang. Dengan demikian jumlah air yang ada di bumi merupakan satu kesatuan yang utuh dan bersifat tetap. Proses pengurangan dan pengisian kembali sumber-sumber air di bumi dari suatu tempat ke tempat yang lain membutuhkan waktu yang lama dan diatur dalam suatu siklus tertutup yang disebut dengan siklus hidrologi yang melibatkan elemen-elemen: presipitasi, evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, infiltrasi, dan limpasan di permukaan ( surface run of ) ( Gambar 1 ). Gambar 1 . Siklus Hidrologi (T: transpirasi, E: evaporasi, P: presipitasi, R: aliran permukaan, G: aliran airtanah dan I: infiltrasi) (Viessman et.al., 1989).      Proses siklus hidrologi ini bermula dari panas dari matahari yang menguapkan air di permukaan bumi. Uap air akan memasuki atmosfer dan bergerak mengikuti gerakan udara. Beberapa bagian akan mengumpul dan jatuh sebagai hujan dan salj

Perbedaan Endapan Lahar dengan Endapan Aliran Piroklastik

     Endapan lahar berbeda dengan endapan aliran piroklastik. Biasanya endapan lahar disebut juga dengan istilah lahar dingin, sedangkan endapan aliran piroklastik sering disebut juga awan panas atau wedhus gembel dalam bahasa jawa ( Gambar 1 ).  Gambar 1. Endapan lahar dan endapan alirapn piroklastik. Secara deskriptif yang membedakan endapan lahar dengan endapan aliran piroklastika adalah: 1. Endapan piroklastik sering menampakkan warna kemerahan oleh proses oksidasi dengan udara bebas saat erupsi berlangsung; warna kemerahan tersebut tidak lagi dijumpai pada lahar. 2. Struktur pengendapan lahar seakan-akan agak mirip dengan struktur pengendapan endapan piroklastik, tetapi jika dijajarkan terlihat penyirapan fragmen pada lahar, yang tidak dijumpai pada endapan piroklastika. 3. Kandungan abu atau lumpur dalam lahar lebih kecil, sehingga terlihat lebih bersih dan sortasinya lebih baik. 4. Fragmen arang jika dijumpai dalam lahar, mengalami fragmentasi (pecah-pecah)

Batuan dan Endapan Produk Gunung Api

Lava      Lava adalah magma yang telah berhasil mencapai permukaan bumi melalui retakan kulit bumi atau melalui pipa kepundan gunungapi. Magma yang berasal dari kedalaman bergerak ke atas karena adanya dorongan gas yang terlarut dalam cairan magma tersebut, sehingga fungsi utama dari gas adalah sebagai penggerak magma. Berdasarkan komposisinya magma asal lava dapat dipisahkan menjadi lava basaltik, lava andesitik, dan lava silisik. Endapan Piroklastik       Endapan piroklastik terbentuk langsung dari fragmentasi magma dan batuan gunung api melalui aktivitas letusan vulkanik. Deposit ini dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan proses transportasi dan deposisi atau pengendapannya ( Gambar 1 ), yaitu: a. Endapan Piroklastik Jatuhan      Endapan piroklastik jatuhan merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui media udara. Material piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan tersuspensi yang selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi me

Struktur Geologi pada Gunung Api

     Lereng kerucut gunung api komposit yang semakin terjal ke arah puncak atau semakin landai ke arah kaki disebabkan oleh proses penumpukan bahan erupsi gunung api itu sendiri. Semakin jauh dari sumber erupsi atau kawah tumpukan bahan erupsi semakin tipis sehingga membentuk lereng yang semakin landai. Konsekuensinya, bahan piroklastika yang jatuh bebas akan mengendap mengikuti topograļ¬  sebelumnya yang sudah miring. Perlapisan endapan jatuhan piroklastika membentuk jurus secara umum berpola konsentris, sedangkan kemiringannya semakin landai dari fasies proksimal ke arah fasies distal ( Gambar 1 ). Pengamatan di lereng atas dan puncak gunung api masa kini, seperti Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur, memperlihatkan bahwa kemiringan awal dapat mencapai 35 derajat. Di Gunung Suroloyo, yang merupakan bagian lereng selatan gunung api purba Menoreh berumur Tersier, kemiringan perlapisan batuan gunung api juga mencapai 35 derajat. Kemiringan awal perlapisan batuan g

Gunung Api dan Pembagian Fasiesnya

Pengertian Gunung Api    Gunung Api merupakan tempat atau saluran keluarnya batuan pijar atau gas yang muncul ke permukaan bumi membentuk bukit atau pegunungan. Bentukan tersebut berada di sekitar lubang akibat berasal dari batuan pijar yang telah mendingin atau berasal dari batuan samping terakumulasinya material batuan (Mc. Donal, 1972). Material batuan yang telah terakumulasi tersebut yang terbawa keluar oleh magma. Batuan ynag berasal dari pendinginan magma disebut dengan batuan beku. Berdasarkan proses pendinginannya batuan beku dapat dibedakan menjadi batuan beku ekstrusif ( Extrusive ) dan intrusif ( Intrusive ). Batuan beku ekstrusif merupakan batuan beku yang terbentuk akibat pendinginan magma yang berada di permukaan bumi, sedangkan batuan intrusif merupakan batuan beku yang terbentuk akibat pendinginan magma yang berada di dalam bumi. Berdasarkan cara keluarnya endapan vulkanik dapat dihasilkan oleh proses letusan ( Exflosive ) yang menghasilkan endapan piroklastik, sedang