Langsung ke konten utama

Gunung Agung

Gunung Agung
Article by: Hobart M. King, Ph.D., RPG

Hallo kali ini saya akan membahas sedikit mengenai Gunung Agung dan pastinya kalian tidak asing lagi kan pasti tau semua lah ya, jangan taunya cuma bule-bule yang pake bikini doang ya hehe 😛. 

Gunung Agung termasuk gunung api aktif di Indonesia yang berada di pulau Bali. Gunung tersebut mmiliki ketinggian 9944 kaki (3031 mdpl). Gunung Agung memiliki tipe stratovolcano yang dibentuk oleh sejarah panjang dari erupsi yang berulang. Stratovolcano terbentuk dari erupsi yang menghasilkan lava andesit, breksi vulkanik, abu vulkanik dan material piroklastik. 

Gunung Agung Adalah Gunung Berapi yang Berbahaya
Letusan Gunung Agung dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi hampir satu juta orang yang hidup dalam radius 20 mil (30 kilometer) dari puncak gunung. Letusan Gunung Agung pada tahun 1963-1964 adalah salah satu letusan gunung berapi terbesar abad ke-20 dengan peringkat VEI 5 ​​pada Volcanic Explosivity Index
Baru-baru ini pada 2017-2018, Gunung Agung kembali erupsi dengan menghasilkan kolom letusan dengan ketinggian sekitar 12.000 kaki (4.000 mdpl). Hal tersebut menyebabkan penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai ditutup sementara. Pastinya itu merusak rencana ribuan wisatawan luar maupun dalam negeri yang ingin kesana termasuk saya hehe 😢. Karena kekhawatiran adanya aliran piroklastik, lahar dan hujan abu, pemerintah memerintahkan evakuasi sekitar 100.000 orang yang berada dalam radius 6 mil (10 kilometer) dari puncak Gunung Agung.

"Volcanic Hazards" Gunung Agung
Sebagai gunung api aktif, bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Gunung Agung harus diwaspadai. Bahaya tersebut akan dijelaskan di bawah ini yaitu:
  • Aliran Piroklastik
Selama tahun 1963-1964, letusan Gunung Agung diperkirakan memakan korban jiwa hingga 1700 yang terkena aliran piroklastik atau awan panas. Awan panas ini adalah awan superheated yang terbentuk dari campuran gas vulkanik, abu vulkanik dan material hasil erupsi. Awan panas memiliki suhu setinggi 1.830 ° F (1000 ° C) dan menuruni lereng gunung berapi dengan kecepatan lebih dari 400 mil per jam (700 kilometer per jam). Awan panas tersebut dapat menghancurkan dan membakar segala sesuatu yang dilewatinya dan dapat mengalir beberapa mil (kilometer) di luar pangkal gunung berapi sebelum berhenti. Satu-satunya cara untuk menghindari awan panas tersebut ialah mengikuti intruksi dari pemerintah (evakuasi kedalam radius aman).
  • Lahar Dingin
Setelah letusan tahun 1963-1964, sekitar 200 korban jiwa disebabkan oleh banjir lahar dingin. Lahar dingin adalah campuran antara material letusan gunung api seperti kerikil, kerakal halus, hingga batu-batuan besar ataupun endapan awan panas dengan air hujan yang kemudian mengalir bergerak mengikuti lereng dan memsuki lembah-lembah sungai. Aliran lahar tersebut dapat terus mengalir dengan kecepatan lebih dari 60 mil per jam (100 kilometer per jam) dan menempuh lebih dari 120 mil (200 kilometer).

Gunung Agung dan Tektonik Lempeng
Gunung berapi yang ada di Jawa, Bali dan lainnya di Indonesia terbentuk karena adanya interaksi antara lempeng tektonik Australia dan Sunda. 

Lempeng Australia bergerak ke arah utara-timur laut dengan laju rata-rata sekitar 70 milimeter per tahun. Lempeng Sunda bergerak ke arah barat-barat laut dengan laju rata-rata sekitar 21 milimeter per tahun. Kedua lempeng tersebut bertabrakan sekitar 200 mil di selatan pulau Jawa yang kemudian membentuk Palung Sunda-Jawa (lihat peta lempeng tektonik).

Di Palung Sunda-Jawa, Lempeng Australia mengalami subduksi dan berada di bawah Lempeng Sunda dan mulai turun ke mantel bumi. Lempeng Australia mulai mencair/meleleh ketika mencapai kedalaman sekitar 100 mil. Material panas dan cair kemudian mulai naik ke permukaan dan meletus untuk membentuk gunung api dari busur vulkanik Indonesia (lihat cross-section lempeng tektonik). 

Zona Subduksi adalah zona penunjaman dimana dua lempeng tektonik yang saling bergerak kearah satu sama lain yang kemudian bertabrakan (konvergen). Apa faktor pengontrolnya dan bagaimana kedalaman fluida panas, mekanismenya sampai membentuk gunung api saya masih bingung alias tidak tahu haha tapi saya akan cari tau. Selebihnya tunggu postingan berikutnya ya saya akan membahas mengenai tektonik lempeng 😃.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum-Hukum Geologi

   Untuk memahami ilmu geologi, sebelumnya kita harus mengetahui hukum-hukum geologi karena sangatlah penting dan juga dasar untuk mempelajari ilmu geologi.  Mengapa mempelajari hukum geologi?? ya sebagai geologist kita dituntut untuk belajar menginterpretasikan apa yang didapatkan ketika kita melakukan pemetaan geologi, tentunya tidak sembarang interpretasi. Ada aturan dan hal-hal dasar dalam hukum geologi yang perlu kita pahami dalam pemetaan geologi (batas satuan batuan, umur dan lingkungan pengendapan, sejarah pembentukan, hubungan stratigrafi, dll). Jika kita tidak mengetahui apa saja yang ada didalam hukum geologi maka kita akan susah untuk melakukan pemetaan geologi bahkan tidak bisa.  Disini saya akan sedikit mengulas mengenai hukum geologi dan semoga bermanfaat. Hukum-Hukum Geologi Horizontalitas ( Horizontality ) (Nicholas Steno, 1669): Pada dasarnya kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan dalam kondisi normal adalah mendekati horisontal, kecuali pada tepi

Petrologi Batuan Piroklastik

Batuan Piroklastik   Pada postingan kemarin saya sudah membahas mengenai batuan beku dan sekarang saya akan membahas mengenai batuan piroklastik dimana kedua jenis batuan ini terbentuk akibat aktivitas gunung api cuma bedanya batuan beku terbentuk akibat pendinginan magma sedangkan batuan piroklastik akibat erupsi gunung api. Ada yang menyebutnya endapan  piroklastik ada juga yang batuan piroklastik, sebenarnya berbeda ya jadi kita harus tau kapan memakai endapan piroklastik dan kapan memakai batuan piroklastik. Pada semua gunung api kuarter di Indonesia memakai endapan piroklastik karena belum mengalami proses litifikasi. Batuan piroklastik adalah batuan yang tersusun oleh material-material yang berasal dari hasil erupsi gunung api yang eksplosif, dan diendapkan dengan proses-proses vulkanik primer. McPhie (1993) memasukkan batuan piroklastik ke dalam kelompok batuan vulkaniklastik, yaitu batuan klastika hasil erupsi gunung api, bersama dengan batuan autoklastik dan batuan sedimen

Sifat-Sifat Fisik Mineral

    Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur (Berry dan Mason). Sifat-Sifat Fisik Mineral     Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat fisik mineral antara yang satu dengan mineral lainnya. Sifat-sifat fisik tersebut yaitu: Warna Kilap ( Luster ) Kekerasan ( Hardness ) Cerat/gores ( Streak ) Belahan ( Cleavage ) Pecahan ( Fracture ) Struktur/bentuk kristal Berat jenis Sifat dalam ( Tenacity ) Kemagnetan Derajat Ketransparan Sekarang akan kita bahas satu persatu mengenai sifat-sifat fisik mineral tersebut. ⏬⏬ 1. Kilap ( Luster )      Kesan mineral akibat pemantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi dua yaitu kilap logam dan kilap non-logam. Kilap logam adalah kilap mineral yang kilapnya mirip dengan kilap yang dimiliki oleh logam dan umumnya kilap ini dijumpai p